Pada tahun 2004 saya lulus dari Jurusan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sempat bekerja sebagai Staf Akunting pada sebuah perusahaan furniture export, namun dikarenakan kondisi ekonomi yang memburuk, perusahaan tempat dimana saya bekerja tersebut mengalami kebangkrutan. Untuk tetap bertahan hidup akhirnya saya mencoba untuk mencari penghasilan dari berjualan angkringan. Hasil yang diperoleh memang sangat minim namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sambil berjualan angkringan, saya juga terus berupaya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan cara melamar pekerjaan pada beberapa tempat. Puji Tuhan, 2 bulan berikutnya, tepatnya pada bulan Mei 2005 saya diterima bekerja pada sebuah Bank swasta nasional yaitu Bank Artha Niaga Kencana (Bank ANK) sebagai staf administrasi dan pembukuan. Pada awal tahun 2008, mayoritas saham Bank ANK dibeli oleh Bank Commonwealth (Australia) sehingga akhirnya di merger dan berganti nama menjadi Bank Commonwealth. Perubahan kepemilikan ini juga ikut merubah budaya dan cara kerja saya yang terpaksa harus menjadi seorang tenaga pemasaran (marketing), yang terus terang bukanlah posisi yang saya inginkan dan saya sukai. Namun karena tekanan kebutuhan ekonomi maka pekerjaan tersebut tetap saya tekuni, walaupun saya harus mulai belajar bagaimana caranya untuk menjadi seorang marketing.
Perubahan posisi ini sungguh terasa tidak nyaman bagi saya, karena saya dipaksa untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini saya nikmati. Namun dikarenakan tidak memiliki pilihan lain, istilahnya The Power of Kepepet, akhirnya saya paksakan juga untuk belajar dan mulai menikmati pekerjaan baru saya. Setelah beberapa bulan berjalan, saya mulai menikmati pekerjaan sebagai marketing karena membuat saya bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang bisnis, dan saya mulai sedikit demi sedikit berkhayal bisa memiliki suatu bisnis yang sukses seperti mereka. Banyak sekali pelajaran yang saya petik saat menjadi seorang marketing, atau dalam bahasa keren di perbankan adalah seorang Relationship Manager (RM), saat berhubungan dengan nasabah, saya bisa belajar banyak tentang kunci kesuksesan dan juga apa yang membuat mereka bisa jatuh dan bangkrut.
Pada Bulan september 2008, saya mendapatkan penawaran kerja yang lebih baik yaitu sebagai marketing senior di Rabobank International Indonesia cabang Klaten, walaupun masih tetap sebagai marketing, namun besaran gaji yang diberikan jauh lebih besar dari perusahaan saya sebelumnya. Namun kenaikan gaji juga diikuti dengan peningkatan gaya hidup, sehingga walaupun gaji meningkat dua kali lipat tetapi tetap saja tidak bisa menabung karena kebutuhan untuk menghidupi istri dan 2 orang anak juga cukup tinggi. Dari keresahan tersebutlah, saya mulai berpikir untuk mencari penghasilan tambahan, berbagai usaha saya coba namun belum memberikan hasil yang maksimal, mulai dari mencoba memasarkan asuransi, ngojek dimalam hari, dll. hingga akhirnya seorang sahabat merekomendasikan saya untuk merintis sebuah bisnis penjualan melalui jaringan internet atau lebih populer dengan istilah toko online. Awalnya saya ragu, karena selama ini saya tidak memiliki tabungan sama sekali untuk memulai bisnis, justru hutang kartu kredit cukup banyak saat itu, namun karena didorong oleh semangat untuk merubah nasib maka pada tanggal 21 September 2009 kami mulai melaunching website kami dengan nama omahsprei.com. Disinilah awal mulanya kami mengepakkan sayap bisnis sprei kami hingga bisa seperti sekarang ini.
Awal mula merintis bisnis ini tidaklah semudah yang terlihat, kendala utama kami ada pada modal. Terus terang pada saat itu kami tidak memiliki tabungan sama sekali. Akhirnya untuk memulainya, saya meminjam uang kepada kakak ipar saya sebesar Rp. 15 juta. Uang tersebut kami belanjakan sprei semuanya dan mulai kami manfaatkan uang tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Bulan pertama kami lalui dengan mendapat keuntungan hanya beberapa ratus ribu saja, namun di bulan berikutnya terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Kemudian saya mencoba untuk mengajukan pinjaman Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada dua bank asing sekaligus yaitu pada Citibank dan juga Standard Chartered Bank, yang ternyata keduanya mengabulkan permohonan pinjaman saya persis seperti yang saya ajukan, yaitu masing-masing sejumlah sekitar 19 juta sehingga total saya bisa mendapatkan dana segar sebanyak 38 juta (sebenarnya saya mengajukan pinjaman sebesar Rp. 20 juta, namun setelah dipotong biaya administrasi maka yang saya terima hanya sekitar 19 juta lebih sedikit).
Dari uang tersebut, yang 15 juta saya gunakan untuk mengembalikan pinjaman kepada kakak ipar, sedangkan sisanya saya gunakan untuk pengembangan usaha. Keutungan yang saya peroleh dari bisnis ini nyaris tidak sempat saya nikmati karena semuanya saya kembalikan lagi untuk memperkuat permodalan, selain itu, saya juga terus berupaya berhemat agar dari gaji yang saya peroleh bisa saya sisihkan untuk menambah modal. Setelah usaha semakin berkembang dan hasil keuntungan setiap bulan mulai mendekati gaji bulanan saya di bank, maka saya memutuskan untuk berhenti bekerja dari Bank dan berusaha untuk fokus mengembangkan usaha saya. Bulan Mei 2010 menjadi bulan terakhir saya berstatus sebagai karyawan. Saat saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya di bank ini, cukup banyak yang meragukan dan bahkan orang tua saya menganggap itu adalah keputusan yang salah. Bagaimana tidak, dengan posisi yang sudah mulai cukup baik dan gaji yang bisa dibilang cukup tinggi untuk ukuran kota jogja saat itu, tetapi saya lebih memilih untuk merintis suatu bisnis yang belum jelas masa depannya, dan saya sendiri pun belum memiliki dasar dan mental yang cukup kuat untuk untuk menjadi seorang wirausaha. Namun dengan semangat tinggi dan diiringi doa kepada Tuhan, akhirnya saya mantapkan untuk fokus pada bisnis sprei ini.
Awal mula usaha ini hanya dikerjakan oleh saya dan istri dari rumah kontrakan kami di daerah Kutu Asem No. 124, Yogyakarta, semua kami kerjakan berdua saja, mulai dari kulakan barang, melayani pelanggan online, packing produk hingga pengiriman ke ekspedisi kami kerjakan berdua saja, namun seiring perkembangan usaha yang semakin meningkat akhirnya memaksa kami mulai mempekerjakan beberapa karyawan untuk membantu kami, dimulai dari 2 orang karyawan, saat ini kami telah mempekerjakan sekitar 15 orang karyawan tetap dan lebih dari 15 orang penjahit. Usaha yang semakin berkembang terlihat dari stock barang yang semakin menumpuk, akhirnya rumah yang kami kontrak sudah tidak mampu lagi menampung semua stock barang yang kami miliki. Bulan Mei tahun 2012, kami mulai semakin menancapkan cakar bisnis kami di kota Yogyakarta dengan membuka toko offline di Pogung Kidul SIA XVI No. 02 Yogyakarta dengan nama Toko Jaxine Sprei&Bedcover. Nama Jaxine sendiri saya ambil dari nama putri pertama saya yang bernama lengkap Danesh Jaxine Lucetta yang artinya Gadis cantik pembawa terang Tuhan.
Ditempat baru ini usaha kami semakin berkembang dengan pesat. Dengan adanya toko offline ternyata membuat kami juga bisa mengembangkan variasi produk yang kami jual. Jika sebelumnya kami hanya menjual sprei, bed cover, dan selimut, namun sekarang kami bisa menambah variasi dagangan dengan menjual kasur busa, springbed, bantal, guling, karpet, dll. dikarenakan lokasi toko berada di tengah-tengah kawasan kampus Universitas Gadjah mada (UGM) yang didominasi oleh mayoritas mahasiswa yang banyak membutuhkan aneka perlengkapan kos seperti kasur, bantal, guling, dll. Selain itu, ditempat baru ini juga kami berhasil mendaftarkan diri kami sebagai salah seorang Agen jasa pengiriman dari PT. Pos Indonesia sehingga kami bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang lumayan besar dari komisi jasa pengiriman paket kantor pos. Selama ini kami cukup aktif berinteraksi dengan ekspedisi, khususnya Pos Indonesia dikarenakan pesanan online yang kami terima mayoritas dikirim via pos indonesia, dimana setiap bulannya kami bisa menghabiskan biaya ongkos kirim hingga mencapai 25 jutaan. Atas dasar itulah, saya mulai berpikir untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan lagi dari bisnis jasa ekspedisi ini. Saya mulai mengajukan permohonan untuk bisa menjadi partner dari PT. Pos Indonesia sebagai seorang agenpos. Dan Puji Tuhan, permohonan tersebut diterima dan kami mulai bisa beroperasi sebagai perwakilan Pos Indonesia dan berhak untuk mendapatkan komisi dari setiap paket yang dikirimkan melalui kami.
Kembali ke topik awal, jika sebelumnya kami hanya berposisi sebagai penjual sprei saja, hanya mengambil produk sprei sudah jadi dan langsung menjualnya untuk mendapatkan keuntungan, namun saya merasa tidak begitu nyaman dengan posisi ini karena saya sadar akan sangat banyak "pemain-pemain" baru yang akan bermunculan dan siap menjadi kompetitor saya, perang harga akan terus terjadi yang tentunya akan menggerus profit margin yang selama ini kami nikmati.. Saya terus berpikir bagaimana membuat posisi bisnis saya lebih baik, dan saya melihat bahwa produsen sedikit lebih diuntungkan dalam hal ini. Akhirnya pada pertengahan tahun 2013 kami mulai mencoba untuk memproduksi sprei dan bedcover sendiri dengan Merk Jaxine Sprei dengan sasaran segmen menengah dan atas. Dan Puji Tuhan, respon pasar terhadap produk kami ternyata sangat tinggi karena kami menawarkan kualitas yang tidak bisa diberikan oleh sprei pabrikan pada umumnya. Awal mulanya orang berkomentar bahwa saya menjual lebih mahal daripada produsen sejenis, namun setelah mereka membandingkan kualitasnya, akhirnya mereka bisa menerima, dan bahkan terus melakukan repeat order karena apa yang kami tawarkan tidak mereka dapatkan dari produsen lainnya.
Seiring berjalannya waktu, Brand Jaxine Sprei semakin dikenal luas di kalangan konsumen tanah air, reseler yang berminat untuk ikut menjual produk kami pun terus bertambah hingga ribuan orang, dan pada pertengahan tahun 2014 yang lalu, beberapa marketplace yang sedang booming di Indonesia mulai melirik kami untuk bergabung menjadi salah satu supplier mereka. Dimulai dari Lazada, dan berturut-turut disusul oleh Tokopedia, Elevenia, Blanja, Bukalapak, Cipika, dan yang terakhir MatahariMall membuat brand kami semakin dikenal luas dan permintaan pun melambung tinggi nyaris tak terkendali sehingga kami cukup keteteran untuk memenuhi permintaan pasar.
Semakin berkembangnya usaha kami juga bisa dilihat dari beberapa penghargaan yang kami peroleh, kami pernah mendapatkan penghargaan sebagai Juara pertama kompetisi Lazada Assortment Rally pada bulan Juni 2014, kemudian dibuatkan khusus sebuah video seller story oleh Tokopedia, dan yang terbaru adalah penghargaan Inspiring Story dari Tokopedia. Selain itu kami juga sudah beberapa kali diliput oleh media cetak (koran) regional, dan yang terakhir diliput dan diterbitkan di media online nasional yaitu Detik.com dan Liputan6.com. Pengakuan lain juga dapat terlihat dari beberapa kali undangan untuk berbagi cerita dan pengalaman hingga keluar kota sebagai narasumber dan motivator untuk beberapa seminar bisnis online.
Inilah sekilas informasi mengenai kami dan sejarah dibalik berdirinya Jaxine Sprei. Pada artikel-artikel berikutnya saya akan mencoba sharing berbagai tips-tips untuk memulai bisnis online baik melalui website pribadi, sosial media ataupun melalui wadah marketplace. Salam sukses online
tambah sukses mas,,,,, Berkat Tuhan selalu menyertai... Aminnn
BalasHapusTerima kasih Arnold...:)
Hapus